VIBRIO
Bakteri
Vibrio sp adalah jenis bakteri yang dapat hidup pada salinitas yang relatif
tinggi). Sebagian besar bakteri berpendar bersifat halofilik yang tumbuh
optimal pada air laut bersalinitas 20-40‰. Bakteri Vibrio berpendar termasuk
bakteri anaerobic fakultatif, yaitu dapat hidup baik dengan atau tanpa oksigen.
Bakteri Vibrio tumbuh pada pH 4 - 9 dan tumbuh optimal pada pH 6,5 - 8,5 atau
kondisi alkali dengan pH 9,0.
Vibrio
sp merupakan salah satu bakteri patogen yang tergolong dalam divisi bakteri,
klas Schizomicetes, ordo Eubacteriales, Famili Vibrionaceae. Bakteri ini
bersifat gram negatif, fakultatif anaerob, fermentatif, bentuk sel batang
dengan ukuran panjang antara 2-3 µm, menghasilkan katalase dan oksidase dan
bergerak dengan satu flagella pada ujung sel.
Pencemaran
limbah dalam suatu perairan mempunyai hubungan dengan jenis dan jumlah
mikroorganisme dalam perairan tersebut. Air buangan kota dan desa yang
berpenduduk padat tidak hanya meningkatkan pertumbuhan bakteri koliform akan
tetapi juga meningkatkan jumlah bakteri patogen seperti Salmonella, Shigella
dan Vibrio cholera.
Infeksi
pada luka mungkin ringan tetapi sering berlanjut dengan cepat (setelah beberapa
jam), dengan perkembangan lesi kulit bullous, selulitis, dan miositis dengan
nekrosis. Karena cepatnya kemajuan dari infeksi, maka diperlukan pengobatan
antibiotic sesuai sebelum konfirmasi dengan kultur didapat. Diagnose didapat
melalui kultur organisme pada media laboratorium standart.
Klasifikasi Vibrio
Kingdom : Eubacteria
Divisi : Bacteri
Class : Schizomycetes
Ordo : Eubacteriales
family : Vibrionaceae
Genus : Vibrio
Spesies : Vibro anguillarum
Vibrio vulnificus
Vibrio salmonicida
Vibrio salmonicida
Vibrio hollisae
Vibrio alginolyticus
Vibrio alginolyticus
Vibrio damsel
Vibrio cholera
Vibrio cholera
Vibrio fluvialis
Vibrio parahaemolyticus
Vibrio parahaemolyticus
Vibrio mimicus
Morfologi dan Identifikasi
Ciri
khas organism
Secara
umum, morfologi atau struktur tubuh dari bakteri Vibrio bila diisolir dari
faeces penderita atau dari biakkan yang masih muda adalah batang bengkok
seperti koma, tetapi akan berbentuk batang lurus bila diambil atau didapat dari
biakan yang sudah tua.
Mempunyai sifat Gram negatif dengan ukuran 1 – 3 x 0,4 – 0,6 µm tetapi ada beberapa literatur yang mengatakan bahwa Vibrio berukuran panjang (1,4 – 5,0) µm dan lebar (0,3 – 1,3) µm.
Mempunyai sifat Gram negatif dengan ukuran 1 – 3 x 0,4 – 0,6 µm tetapi ada beberapa literatur yang mengatakan bahwa Vibrio berukuran panjang (1,4 – 5,0) µm dan lebar (0,3 – 1,3) µm.
Biakan
Berdasarkan
pengamatan visual terhadap bakteri pathogen spesies Vibrio, maka bakteri ini
dapat dibedakan berdasarkan warna, bentuk, dan ukuran koloni yang tumbuh pada
media TCBS agar setelah masa inkubasi 24 - 48 jam pada suhu kamar (30°C). TCBS
adalah media yang lebih dianjurkan untuk kultur tinja, dimana sebagian besar
galur menghasilkan koloni-koloni yang berwarna biru-hijau (sukrosa negatif).
Dari
hasil penelitian terhadap isolat bakteri Vibrio sp, ditemukan enam spesies
bakteri patogen Vibrio sp, yaitu :
a. Vibrio Anguillarum
Mempunyai
ciri-ciri warna putih kekuning-kuningan, bulat, menonjol dan berkilau.
Karakteristik biokimia adalah mempunyai sifat fermentatif, katalase, oksidase,
glukosa, laktosa, sellobiosa, galaktosa dan manitol positif. Sedangkan methyl
red dan H2S negatif.
b. Vibrio alginolyticus
Mempunyai
ciri-ciri berwarna kuning, diameter 3-5 mm. Karakteristik biokimia adalah
mempunyai sifat fermentatif, katalase, oksidase, methyl red dan H2S, glukosa,
laktosa, dan manitol positif. Sedangkan sellobiosa, fruktosa, galaktosa
negatif.
c. Vibrio cholera
Mempunyai
ciri-ciri yaitu berwarna kuning, datar, diameter 2-3 mm, warna media berubah
menjadi kuning. Karakteristik biokimia adalah mempunyai sifat fermentatif,
katalase, oksidase, methyl red dan H2S, glukosa, laktosa, galaktosa dan manitol
positif. Sedangkan sellobiosa, fruktosa, bersifat negatif.
d. Vibrio salmonicida
Mempunyai
ciri-ciri berwarna bening, diameter < 1 mm, bulat, menonjol dan utuh.
Karakteristik biokimia adalah mempunyai sifat fermentatif, katalase, oksidase,
glukosa positif. Sedangkan methyl red, H2S, laktosa, galaktosa, manitol,
sellobiosa, fruktosa, bersifat negatif.
e. Vibrio vulnificus
Mempunyai
ciri-ciri berwarna biru sampai hijau, diameter 2-3 mm. Karakteristik biokimia
adalah mempunyai sifat fermentatif, katalase, oksidase, methyl red dan H2S
glukosa, sellobiosa, fruktosa, galaktosa dan manitol positif. Sedangkan,
laktosa bersifat negatif.
f. Vibrio parahaemolyticus
Mempunyai
ciri-ciri berwarna biru sampai hijau, diameter 3- 5 mm, dipusat koloni berwarna
hijau tua. Karak-teristik biokimia adalah mempunyai sifat fermentatif,
katalase, oksidase, glukosa, laktosa, galaktosa dan manitol positif. Sedangkan
sellobiosa, fruktosa, methyl red dan H2S bersifat negatif.
Vibrio
parahaemolyticus (Vp) merupakan bakteri halofilik Gram negatif.Bakteri ini
tumbuh pada kadar NaCl optimum 3%, kisaran suhu 5 – 43°C,pH 4.8 – 11 dan aw
0.94 – 0.99.Pertumbuhan berlangsung cepat pada kondisi suhu optimum (37°C)
dengan waktu generasi hanya 9–10 menit.Seafood yang merupakan produk hasil
laut, memberikan semua kondisi yang dibutuhkan oleh Vp untuk tumbuh dan
berkembang biak : keberadaan garam, nutrien yang baik serta pH dan aw yang
cocok sehingga Vp sering terdapat sebagai flora normal di dalam seafood.
Mereka
terkonsentrasi dalam saluran pencernaan moluska, seperti kerang, tiram dan
mussel yang mendapatkan makanannya dengan cara mengambil dan menyaring air laut
.Strain Vp patogen merupakan penyebab penyakit gastroenteritis yang disebabkan
oleh produk hasil laut ( seafood ), terutama yang dimakan mentah, dimasak tidak
sempurna atau terkontaminasi dengan seafood mentah setelah pemasakan.
Gastroenteritis berlangsung akut, diare tiba-tiba dan kejang perut yang
berlangsung selama 48 – 72 jam dengan masa inkubasi 8 – 72 jam. Gejala lain
adalah mual, muntah, sakit kepala, badan agak panas dan dingin. Pada sebagian
kecil kasus, bakteri juga menyebabkan septisemia.
Sejak
tahun 1997, jumlah kasus Kejadian Luar Biasa (KLB) yang disebabkan oleh Vp meningkat
secara tajam di berbagai kawasan dunia.Terjadinya KLB ini telah teridentifikasi
disebabkan oleh konsumsi seafood terutama tiram ( oyster ) mentah yang
terkontaminasi oleh Vp.Sejak tahun 1997 tersebut, maka seafood terutama tiram
dianggap sebagai jenis pangan yang penting diwaspadai dari aspek keamanan
pangan.Strain Vp patogen penyebab gastroenteritis sangat beragam.Strain Vp
patogen dengan serotype O3:K6 sejak tahun 1996 muncul menjadi sumber patogen
baru penyebab keracunan pangan. Kasus keracunan karena Vp lebih banyak terjadi
pada musim panas.Kondisi ini berkorelasi positif dengan prevalensi dan jumlah
kontaminasi Vp pada sampel seafood lingkungan yang juga meningkat dengan
meningkatnya suhu perairan.Tingkat salinitas air laut juga berpengaruh pada
tingkat kontaminasi. Teknik analisis berpengaruh pada tingkat prevalensi dan
tingkat isolasi Vp dari seafood. Untuk pengendalian tingkat kontaminasi didalam
seafood, diperlukan pemilihan metode analisis yang lebih sensitifitas dengan
waktu deteksi yang lebih cepat.Teknik analisis berdasarkan deteksi gen (tlh,
tdh dan/atau trh) memberikan hasil yang lebih akurat untuk mendeteksi strain
patogen dibandingkan dengan teknik MPN-konvensional yang berdasarkan pada
reaksi biokimiawi. Pada sampel seafood dari lingkungan dan pasar ritel, Vp
patogen hanya terdeteksi dalam jumlah rendah (<100 sel per-gram).Prevalensi
dan tingkat kontaminasi Vp dalam sampel seafood lingkungan dan pasar ritel juga
seringkali jauh lebih kecil dari batas maksimum Vp yang diijinkan FDA didalam
seafood yang akan dijual (104 sel per-gram).Kondisi ini juga terjadi pada
sampel yang diambil selama terjadinya
Media Perbenihan Vibrio sp
Bakteri
Vibrio adalah jenis bakteri yang dapat hidup pada salinitas yang relatif tinggi.
Sebagian besar bakteri berpendar bersifat halofil yang tumbuh optimal pada air
laut bersalinitas 20-40‰. Bakteri Vibrio berpendar termasuk bakteri anaerobic
fakultatif, yaitu dapat hidup baik dengan atau tanpa oksigen. Bakteri Vibrio
tumbuh pada pH 4 - 9 dan tumbuh optimal pada pH 6,5 - 8,5 atau kondisi alkali
dengan pH 9,0
Media yang sering digunakan adalah sebagai berikut
1)
T.C.B.S. Agar plate
Biasanya koloni Vibrio yang tumbuh
pada media ini berwarna kuning, koloni sedang - besar, smooth,
keping,jernih,tepinya tipis, dilingkari oleh zone berwarna kuning, ada yang
koloninya berwarna hijau.
2) Mac Conkey agar
2) Mac Conkey agar
Koloni Vibrio yang tumbuh pada media
Mac conkey berukuran kecil-kecil, tidak berwarna atau merah muda dan sedikit
cembung.
Beberapa test yang biasa dilakukan yaitu sebagai berikut :
Beberapa test yang biasa dilakukan yaitu sebagai berikut :
TSIA :
Lereng : Alkali
Dasar : kuning
Gas : (+)positif
SIM :
Dasar : kuning
Gas : (+)positif
SIM :
Sulfur : (-)negatif
Indol : (+/-) positif/negatif
Motility : Aktif
SC : (+/-) positif/negative
Indol : (+/-) positif/negatif
Motility : Aktif
SC : (+/-) positif/negative
Oxidase test : (+)
Glucose OF : Fermentative
String test : (+)
Catalase test : (-)negative
Glucose OF : Fermentative
String test : (+)
Catalase test : (-)negative
Sifat Patogenitas dan Gejala Klinis
Dalam
keadaan alamiah, bakteri ini hanya patogen terhadap manusia, tetapi secara
eksperimen dapat juga menginfeksi hewan. Hewan laut yang telah terinfeksi
Vibrio khususnya Udang, akan mengalami kondisi tubuh lemah, berenang lambat,
nafsu makan hilang, badan mempunyai bercak merah-merah (red discoloration) pada
pleopod dan abdominal serta pada malam hari terlihat menyala. Udang yang
terkena vibriosis akan menunjukkan gejala nekrosis. Serta bagian mulut yang
kehitaman adalah kolonisasi bakteri pada esophagus dan mulut. Vibrio tidak
bersifat invasif, yaitu tidak pernah masuk kedalam sirkulasi darah tetapi
menetap di usus sehingga dapat menyebabkan gastritis pada manusia. Masa inkubasi
bakteri ini antara 6 jam sampai 5 hari. Vibrio menghasilkan enterotoksin yang
tidak tahan asam dan panas, musinase, dan eksotoksin. Toksin diserap
dipermukaan gangliosida sel epitel dan merangsang hipersekresi air dan klorida
sehingga menghambat absorpsi natrium. Akibat kehilangan banyak cairan dan
elektrolit, terjadilah kram perut, mual, muntah, dehidrasi, dan shock (turunnya
laju aliran darah secara tiba-tiba). Kematian dapat terjadi apabila korban
kehilangan cairan dan elektrolit dalam jumlah besar. Penyakit ini disebabkan
karena korban mengkonsumsi bakteri hidup, yang kemudian melekat pada usus halus
dan menghasilkan toksin. Produksi toksin oleh bakteri yang melekat ini
menyebabkan diare berair yang merupakan gejala penyakit ini. Proses ini dapat
dibuktikan dengan pemberian viseral antibodi. Bila terjadi dehidrasi, maka
diberikanlah cairan elektrolit. Immunitas pasif dapat dilakukan dengan
memberikan viseral antibodi dan viseral antitoksin yang dapat mengurangi cairan
tanpa mematikan kuman. Vibrio jenis lain juga dapat menghasilkan soluble
hemolysin yang dapat melisiskan sel darah merah. Struktur antigen Vibrio baik
yang patogen maupun nonpatogen memiliki antigen-H tunggal yang sejenis dan
tidak tahan panas. Antigen-H ini sangat heterogen dan juga banyak terjadi
overlapping dengan bakteri lain. Gartnor dan Venkatraman membagi antigen-O
Vibrio menjadi grup O1-O6. Yang patogen bagi manusia adalah grup O1 dari Vibrio
coma. Antibodi terhadap antigen-O bersifat protektif sehingga Ogawa, Inaba, dan
Hikojima membagi tiga serotip yang mewakili tiga faktor gen yaitu A, B, dan C.
Serotip Hikojima atau serotip ketga merupakan campuran antara Ogawa dan Inaba.
Masa inkubasi bakteri ini antara 6 jam sampai 5 hari. Pada Vibrio parahaemolyticus gejala berlangsung sampai 10 hari, rata-rata 72 jam. Sumber penularannya adalah melalui air, makanan, dan minuman yang terkontaminasi oleh lalat. Serta hubungan antar manusia, yaitu orang yang sedang sakit, orang yang telah sembuh dari penyakit, dan orang yang tidak pernah sakit tetapi membawa bibit penyakit atau healthy carrier. Penyebarannya juga bisa melalui air yang tercemar, bakteri ini termasuk jenis opportunistic pathogen yang dalam keadaan normal ada dalam lingkungan pemeliharaan, kemudian berkembang dari sifat yang saprofitik menjadi patogenik jika kondisi lingkungannya memungkinkan. Bakteri Vibrio yang patogen dapat hidup di bagian tubuh organisme lain baik di luar tubuh dengan jalan menempel, maupun pada organ tubuh bagian dalam seperti hati, usus dan sebagainya. Dampak langsung bakteri patogen dapat menimbulkan penyakit, parasit, pembusukan DNA toksin yang dapat menyebabkan kematian biota yang menghuni perairan tersebut.Jika semua ikan dan hewan laut mati atau terkena vibriosis, maka akan menyebabkan penyakit bagi manusia yang memakannya dengan gejala awal seperti mual, muntah, diare, dan kejang perut sehingga bila terjadi secara terus menerus dapat menyebabkan kehilangan cairan dan elektorlit secara berlebihan, dehidrasi, kolaps sirkulasi, dan anuri. Penyakit ini biasanya hanya dianggap sebagai diare biasa dan masyarakat hanya menganggap remeh serta tidak ditindaklanjuti atau tidak segera diobati sehingga dapat didapatkan angka kematian tanpa pengobatan sebanyak 25-50%. Di Jepang, 5% diare disebabkan oleh Vibrio parahaemolyticus
Masa inkubasi bakteri ini antara 6 jam sampai 5 hari. Pada Vibrio parahaemolyticus gejala berlangsung sampai 10 hari, rata-rata 72 jam. Sumber penularannya adalah melalui air, makanan, dan minuman yang terkontaminasi oleh lalat. Serta hubungan antar manusia, yaitu orang yang sedang sakit, orang yang telah sembuh dari penyakit, dan orang yang tidak pernah sakit tetapi membawa bibit penyakit atau healthy carrier. Penyebarannya juga bisa melalui air yang tercemar, bakteri ini termasuk jenis opportunistic pathogen yang dalam keadaan normal ada dalam lingkungan pemeliharaan, kemudian berkembang dari sifat yang saprofitik menjadi patogenik jika kondisi lingkungannya memungkinkan. Bakteri Vibrio yang patogen dapat hidup di bagian tubuh organisme lain baik di luar tubuh dengan jalan menempel, maupun pada organ tubuh bagian dalam seperti hati, usus dan sebagainya. Dampak langsung bakteri patogen dapat menimbulkan penyakit, parasit, pembusukan DNA toksin yang dapat menyebabkan kematian biota yang menghuni perairan tersebut.Jika semua ikan dan hewan laut mati atau terkena vibriosis, maka akan menyebabkan penyakit bagi manusia yang memakannya dengan gejala awal seperti mual, muntah, diare, dan kejang perut sehingga bila terjadi secara terus menerus dapat menyebabkan kehilangan cairan dan elektorlit secara berlebihan, dehidrasi, kolaps sirkulasi, dan anuri. Penyakit ini biasanya hanya dianggap sebagai diare biasa dan masyarakat hanya menganggap remeh serta tidak ditindaklanjuti atau tidak segera diobati sehingga dapat didapatkan angka kematian tanpa pengobatan sebanyak 25-50%. Di Jepang, 5% diare disebabkan oleh Vibrio parahaemolyticus
Resistensi
Antibiotik
merupakan suatu senyawa kimia yang sebagian besar dihasilkan oleh
mikroorganisme, karakteristiknya tidak seperti enzim, dan merupakan hasil dari
metabolisme sekunder. Penggunaan antibiotik yang berlebih pada tubuh manusia
dapat menyebabkan resistensi sel mikroba terhadap antibiotik yang digunakan.
Resistensi sel mikroba adalah suatu sifat tidak terganggunya sel mikroba oleh
antibiotik. Sejumlah isolat Vibrio yang diisolasi dari udang ternyata resisten
terhadap berbagai macam antibiotik seperti spektinomisin, amoksisilin,
kloramfenikol, eritromisin, kanamisin, tetrasiklin, ampisilin, streptomisin,
dan rifampisin.
Pengobatan
Mengatasi
terjadinya dehidrasi dengan pemberian pediatric cholera solution yang banyak
mengandung K+ dan HCO3?. Pemberian antibiotic tetrasiklin yang dapat
mempersingkat masa pemberian caira atau rehirdasi. Sedangkan pada Vibrio
parahaemolyticus adalah dengan pemberian antibiotika kloramfenikol, kanamisin,
tetrasiklin, dan sefalotin
Pencegahan
· Pendidikan kesehatan (health education)
· Perbaikkan sanitasi khususnya control terhadap vector lalat
· Vaksinasi dapat melindungi orang-orang yang kontak langsung
dengan penderita. Berapa lama efek proteksinya belum diketahui. Untuk mengatasi
epidemic, efeknya belum jelas. Yang penting adalah efek psikologisnya.
· Diadakan perhatian khusus kepada pekerja-pekerja kapal,
perenang, dan juru masak seafood karena habitat dari bakteri ii adalah di laut.
· Pengolahan dan penyimpanan makanan laut harus cermat
METODE
KERJA
Tujuan Pemeriksaan
Untuk mengetahui langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam mengidentifikasi Vibrio sp.
Alat dan Bahan
Alat
Objeck Glass Autoclave
Ose Bulat Tabung Reaksi
Ose Lurus Pipet Tetes
Lampu Spiritus Botol
Mikroskop
Reagen
Carbol Gentian Violet Indicator Methyl Red
Lugol Indikatot BTB
Alcohol 96% α – Naphtol 1 %
Air Fuchsin KOH 1%
Sampel
Air Es Kelapa Gerobak 4 Depan Telkom Pettarani.
Media
- TCBS (Thiosulfate Citrate Bile Salt Sucrose)
- MC (Mac Conkey)
- TSIA (Triple Sugar Iron Agar)
- Media Biokimia (MR/VP, SIM, Gula-gula, Urea, SCA)
Prosedur Kerja Pemeriksaan Vibrio sp
Hari I
Untuk mengetahui langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam mengidentifikasi Vibrio sp.
Alat dan Bahan
Alat
Objeck Glass Autoclave
Ose Bulat Tabung Reaksi
Ose Lurus Pipet Tetes
Lampu Spiritus Botol
Mikroskop
Reagen
Carbol Gentian Violet Indicator Methyl Red
Lugol Indikatot BTB
Alcohol 96% α – Naphtol 1 %
Air Fuchsin KOH 1%
Sampel
Air Es Kelapa Gerobak 4 Depan Telkom Pettarani.
Media
- TCBS (Thiosulfate Citrate Bile Salt Sucrose)
- MC (Mac Conkey)
- TSIA (Triple Sugar Iron Agar)
- Media Biokimia (MR/VP, SIM, Gula-gula, Urea, SCA)
Prosedur Kerja Pemeriksaan Vibrio sp
Hari I
· Specimen urin di centrifuge kemudian supernatannya dilakukan pewarnaan gram.
· Dengan specimen yang sama, diambil dengan menggunakan ose
steril untuk kemudian ditanam pada media BHIB pada suhu 37o C selama 24 jam.
Hari II
· Bakteri yang tumbuh pada media BHIB ditanam dengan
menggunakan ose steril pada media TCBS dan Mac conkey.Semua media yang telah
ditanami diinkubasikan selama 24 jam pada suhu 37o C.
Hari III
· Koloni tersangka yang ditanam pada media selektif TCBS,
kemudian ditanam pada media differensial Triple Sugar Iron Agar (TSIA).
Diinkubasikan selama 1x24 jam suhu 37°C.
Hari IV
· Dengan koloni yang sama, ditanam pada media gula-gula
(glukosa, sukrosa, manitol, maltose dan laktosa ) , media MR/VP, SC dan SIM
· Semua media yang telah ditanami dengan biakan, diinkubasikan
pada suhu 37oC selama 24 jam.
Hari V
· Media selektif TCBS dan media uji biokimia (gula-gula, SIM,
MR/VP, SC, TSIA ) diamati pertumbuhannya.
· Untuk media SIM, ditambahkan dengan reagen Covac’s.
· Untuk media MR, ditambahkan dengan reagen Metil Red.
· Untuk media VP, ditambahkan dengan KOH 10 % dan α-naftol.
· Hasil pengamatan, disesuaikan dengan table pengamatan
biokimia untuk menentukan spesies bakteri Vibrio
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hari ke I
Hasil pewarnaan gram
Bakteri gram negatif (-)
Bentuk koma
Hasil Penanaman pada media TCBS dan MC
Ciri-ciri koloni :
TCBS : Koloni sedang-besar, berwarna hijau, jernih, smooth, keping, tepinya tipis, ada koloni yang berwarna kuning dengan zona yang berwarna kuning juga.
MC : Koloni kecil-kecil, sedikit cembung, tidak berwarna atau merah muda, smooth.
Bakteri gram negatif (-)
Bentuk koma
Hasil Penanaman pada media TCBS dan MC
Ciri-ciri koloni :
TCBS : Koloni sedang-besar, berwarna hijau, jernih, smooth, keping, tepinya tipis, ada koloni yang berwarna kuning dengan zona yang berwarna kuning juga.
MC : Koloni kecil-kecil, sedikit cembung, tidak berwarna atau merah muda, smooth.
Hari ke IIü
Alkali
Acid
Acid
Hari ke IIIü
Hasil Uji Biokimia Media gula-gula
Ket :
• MR = Positif (+)
• SIM Sulfur = Negatif (-)
Indol = Positif (-)
Motiliti = Positif (+)
• SCA = Positif (+)
• Gula-gula = Glukosa (+), laktosa (+), maltosa (+), fruktosa (+), mannitol (+).
• TSIA = alkali-acid, gas (-), H2S (-)
Pembahasan
• Pewarnaan :
Bakteri terlihat berbentuk basil bengkok berwarna merah, hal ini menandakan bahwa bakteri tersebut mengikat zat warna merah dari safranin.
• Media – media Perbenihan :
TCBS :
MC :
• Media Differensial dan Uji Biokimia :
Hasil Uji Biokimia Media gula-gula
Ket :
• MR = Positif (+)
• SIM Sulfur = Negatif (-)
Indol = Positif (-)
Motiliti = Positif (+)
• SCA = Positif (+)
• Gula-gula = Glukosa (+), laktosa (+), maltosa (+), fruktosa (+), mannitol (+).
• TSIA = alkali-acid, gas (-), H2S (-)
Pembahasan
• Pewarnaan :
Bakteri terlihat berbentuk basil bengkok berwarna merah, hal ini menandakan bahwa bakteri tersebut mengikat zat warna merah dari safranin.
• Media – media Perbenihan :
TCBS :
MC :
• Media Differensial dan Uji Biokimia :
TSI Agar
Pada pengamatan, terlihat lereng
yang berwarna merah sedangkan dasarnya berwarna kuning (alkali-acid). Hal ini
menandakan bakteri yang tumbuh pada media ini hanya mampu memfermentasi glukosa
(bagian dasar) dan tidak mampu memfermentasi laktosa dan sukrosa (bagian
lereng).
Gula-gula
Gula-gula
Media ini berfungsi untuk melihat
kemampuan bakteri memfermentasikan jenis karbohidrat, jika terjadi fermentasi
maka media terlihat berwarna kuning kerena perubahan pH menjadi asam. Vibrio sp
memfermentasikan semua gula-gula menjadi asam.
SIM :
• S (sulfur). Adanya sulfur dapat dilihat ketika media berubah menjadi hitam. Namun pada hasil pertumbuhan bakteri pada media ini, tidak terjadi perubahan warna tersebut. Hal ini menandakan bakteri yang tumbuh tidak mampu mendesulfurasi cysteine yang terkandung dalam media SIM.
• I (indol). Reaksi indol hanya bisa dilihat ketika pertumbuhan bakteri pada media ini ditambahkan dengan reagen Covac’s. Indol dikatakan positif jika terdapat cincin merah pada permukaannya. Warna merah dihasilkan dari resindol yang merupakan hasil reaksi dari asam amino tryptopan menjadi indol dengan penambahan Covac's. Bakteri yang mampu menghasilkan indol menandakan bakteri tersebut menggunakan asam amino tryptopan sebagai sumber carbon. Pada hasil pengamatan diperoleh Indol negative sehingga dapat disimpulkan bakteri yang tumbuh tidak menggunakan asam amino tryptopan sebagai sumber carbonnya.
• M (motility). Pergerakan bakteri dapat terlihat pada media ini berupa berkas putih di sekitar tusukan. Adanya pergerakan ini bisa dilihat karena media SIM merupakan media yang semi solid. Pada hasil pengamatan diperoleh motility positif. Hal ini menandakan bakteri mempunyai alat gerak dalam proses pertumbuhannya.
MR (Methyl Red)
SIM :
• S (sulfur). Adanya sulfur dapat dilihat ketika media berubah menjadi hitam. Namun pada hasil pertumbuhan bakteri pada media ini, tidak terjadi perubahan warna tersebut. Hal ini menandakan bakteri yang tumbuh tidak mampu mendesulfurasi cysteine yang terkandung dalam media SIM.
• I (indol). Reaksi indol hanya bisa dilihat ketika pertumbuhan bakteri pada media ini ditambahkan dengan reagen Covac’s. Indol dikatakan positif jika terdapat cincin merah pada permukaannya. Warna merah dihasilkan dari resindol yang merupakan hasil reaksi dari asam amino tryptopan menjadi indol dengan penambahan Covac's. Bakteri yang mampu menghasilkan indol menandakan bakteri tersebut menggunakan asam amino tryptopan sebagai sumber carbon. Pada hasil pengamatan diperoleh Indol negative sehingga dapat disimpulkan bakteri yang tumbuh tidak menggunakan asam amino tryptopan sebagai sumber carbonnya.
• M (motility). Pergerakan bakteri dapat terlihat pada media ini berupa berkas putih di sekitar tusukan. Adanya pergerakan ini bisa dilihat karena media SIM merupakan media yang semi solid. Pada hasil pengamatan diperoleh motility positif. Hal ini menandakan bakteri mempunyai alat gerak dalam proses pertumbuhannya.
MR (Methyl Red)
Setelah ditambahkan dengan indicator metil red, media
berubah menjadi merah (positif). Berarti terjadi fermentasi asam campuran (asam
laktat, asam asetat, dan asam formiat) oleh bakteri.
Kesimpulan
Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum dan
identifikasi yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa sampel es kelapa
muda gerobak 4 depan Telkom Pettarani yang diperiksa terdapat bakteri Vibrio
anguillarum dalam sampel.
Dalam melakukan pemeriksaan pada specimen, perlu memperhatikan prosedur kerja tetap identifikasi bakteri Vibrio, agar hasil identifikasi yang diperoleh murni dari satu genus bakteri yang diinginkan.
Dalam melakukan pemeriksaan pada specimen, perlu memperhatikan prosedur kerja tetap identifikasi bakteri Vibrio, agar hasil identifikasi yang diperoleh murni dari satu genus bakteri yang diinginkan.